Total Pageviews

Friday, May 20, 2011

Bahaya komunisme

Nama   : Kresna Dwi Payana
Kelas   : XIA3 / 13
Kewaspadaan Terhadap Bahaya Laten Komunisme(PKI)
           Situasi politik dunia dewasa ini telah membuat komunisme terjepit. Tetapi komunisme selalu mencari peluang, menyusup, dan memanfaatkan situasi untuk bangkit kembali dalam berbagai metode dan bentuk seperti doktrin "Tripanji" partai. Pakar politik ekonomi Amerika Serikat Profesor Geoffrey B Hainswort mengatakan, komunisme sebagai paham dan ideologi tak akan mati. Kalau terjadi kemunduran paham komunisme di suatu negara bukanlah kematian melainkan hanya sekarat atau tertidur lelap. Kalimat itu bukan sekadar statemen seorang pakar, tetapi peringatan yang menyentakkan bangsa kita, yang 33 tahun silam berhasil membasmi komunisme sampai akar-akarnya. Namun di awal reformasi ini bangsa kita limbung dan "lemah" menghadapi berbagai gerakan berindikasi komunisme, yang membuat kaum reformis seakan tak berdaya. Karenanya peringatan Geoffrey penting dijadikan setting kajian saat ini.

            Saat ini Pancasila sebagai pandangan dan falsafah hidup bangsa semakin jarang dilaksanakan dalam dekade. Lebih menyedihkan tidak bergema lagi, sehingga kecintaan generasi muda, khususnya pelajar sekolah dan mahasiswa terhadap Pancasila terus meluntur.  Bahaya laten komunis yang ingin menghancurkan Pancasila seperti yang terjadi pada tahun 1965, tidak boleh terjadi kembali di bumi pertiwi. Kita harus mewaspadai bibit-bibit laten itu. Jangan sampai sudah besar baru kita sadar ada bahaya mengancam
.
             Indikasi-indikasi seperti ini sudah mulai tampak beberapa tahun terakhir masa Orde Baru, seperti isu keterlibatan orang-orang PKI yang menduduki berbagai posisi penting secara politis, psikologis, dan ekonomi. Isu organisasi inkonstitusional yang pengurus intinya terlibat PKI. Para bekas PKI, setidaknya masuk dalam kategori keterlibatan dan keterpengaruhan, menduduki jabatan penting pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, badan-badan dan swasta, media massa, komunis, legislatif bahkan menyusup ke beberapa mahasiswa yang berperilaku sama dengan kader PKI, Kita seakan menutup kemudian menganggap isu tak penting. Kita telah menyaksikan berkali-kali kebiadaban komunisme di Indonesia dengan korban jutaan jiwa bahkan di antaranya putra-putra terbaiknya

            Meski sejak era Pak Habibie para tahanan politik PKI dibebaskan, dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap keturunan eks PKI. Namun kewaspadaan terhadap bahaya laten PKI tidak boleh pudar.
            Secara kasat mata PKI sudah dibubarkan tetapi ideologinya bisa saja masih berkembang. PKI tidak hanya menggegerkan nusantara pada 30 September 1965. 18 September 1948 PKI juga merongrong ideologi negara. Berkat kemanunggalan TNI dan rakyat, pemberontakan Musso dkk di Madiun berhasil ditumpas.


            Ketimpangan sosial dan labilnya nasionalisme dapat menjadi sumber tumbuhnya benih-benih faham komunis. Apalagi dipicu kran kebebasan berdemokrasi, jika tidak difilter dapat melahirkan PKI gaya baru. Neo PKI ini justru lebih berbahaya. Dunia tanpa batas yang memudahkan orang mengakses serta menyebarkan informasi global, sesuatu yang baru atau nyleneh sangat mudah menghipnotis masyarakat untuk berbuat sesuatu yang bisa merugikan orang lain. Perlu kewaspadaan dan penyampaian informasi akurat agar tatanan masyarakat tetap berlangsung apik, aman, tentram dalam kemakmuran dan berkeadilan.
            Pakar politik ekonomi Amerika Serikat Profesor Geoffrey B Hainswort mengatakan, komunisme sebagai paham dan ideologi tak akan mati. Kalau terjadi kemunduran paham komunisme di suatu negara bukanlah kematian melainkan hanya sekarat atau tertidur lelap. Kalimat itu bukan sekadar statemen seorang pakar, tetapi peringatan yang menyentakkan bangsa kita, yang 33 tahun silam berhasil membasmi komunisme sampai akar-akarnya. Namun di awal reformasi ini bangsa kita limbung dan "lemah" menghadapi berbagai gerakan berindikasi komunisme, yang membuat kaum reformis seakan tak berdaya. Karenanya peringatan Geoffrey penting dijadikan setting kajian saat ini.
            Memahami pola strategi bahaya laten komunisme maka mewaspadai PKI bukan hanya terbatas pada gerakan yang mendahului (prolog) tetapi juga terhadap gerakan-gerakan penyertaan (epilog), biasanya dilakukan oleh orang yang terlibat atau orang yang sama sekali baru (proses keterpengaruhan) ketika Gestapu/PKI meletus masih kanak-kanak atau belum lahir. Berbagai gerakan setidaknya berupaya mengaburkan peristiwa Gestapu/PKI yang sebenarnya.  Kewaspadaan terhadap bahaya laten komunis tersebut harus tetap dilakukan untuk melestarikan, membina dan mengembangkan nilai-nilai perjuangan, khususnya perjuangan para pendiri bangsa (founding father) serta  nilai-nilai kebangsaan yang perlu terus diaktualisasikan dalam beragai aspak kehidupan.   dari berbagai sumber seperti oocities.org

0 comments:

Post a Comment